Sejarah Tahun Baru Masehi 1 Januari
Menurut catatan Encarta
Reference Library Premium 2005, orang yang pertama membuat penanggalan kalender
Masehi adalah kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar.
Penanggalan ini dibuat pada 45 SM. Sebelumnya,
bangsa Romawi kuno telah memiliki kalender tradisional sejak abad ke-7 sebelum
masehi. Namun kalender ini sangat kacau dan mengalami beberapa kali perubahan.
Sistem kalendar ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap munculnya bulan dan
matahari, dan menempatkan bulan Martius ( atau maret pada saat ini) sebagai awal tahunnya.
Kaisar Julius Caesar
mengganti kalender tradisional ini dengan Kalender Julian. Urutan bulan
menjadi: 1) Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius,
7) Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12)
December. Di tahun 44 SM, Julius Caesar mengubah nama bulan “Quintilis” dengan
namanya, yaitu “Julius” (Juli). Sementara kaisar berikutnya yaitu Kaisar
Augustus, mengganti nama bulan “Sextilis” dengan nama dirinya, yaitu “Agustus”.
Sehingga sampai sekarang, bulan- bulan ini yang dipakai, mulai dari junius,
Julius, kemudian bulan Agustus.
Perayaan Tahun Baru Masehi 1 Januari
Di beberapa wilayah dan
negera di dunia, bulan Januari merupakan upacara keagamaan. Januarius (Januari)
diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua, muka menghadap ke
depan sebagai simbol msa depan dan muka yang satu lagi menghadap ke belakang
sebagai simbol masa lalu. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus yang
diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.
Dewa Janus merupakan
sesembahan kaum Pagan Romawi. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum
kafir penyembah berhala. Ternyata hingga saat ini budaya, ritual, dan upacara
keagamaan kaum pagan ini telah merasuk
dan mewarnai kehidupan kita tanpa kita sadari termasuk salah satunya
adalah perayaan pada malam tahun baru.
Kaum Pagan juga merayakan tahun baru mereka dengan menyalakan kembang api,
membuat api unggun dan mengitarinya, memukul lonceng, dan meniup terompet.
Bulan Januari juga
ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember adalah pusat Winter Soltice.
Winter Soltice adalah bulan dimana kaum pagan yang merupakan penyembah Matahari
merayakan ritual mereka saat musim dingin. Tanggal 1 Januari adalah seminggu
setelah pertengahan Winter Soltice, yang merupakan perayaan Paganisme
(Penyembah matahari) dan ritual mereka di musim dingin.
Tanggal 1 Januari juga
dirayakan oleh orang Persia yang beragama Majūsî. Mereka orang majusi yang
menyembah api menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang
dikenal dengan hari Nairuz. Kaum Majūsî
meyakini bahwa Tuhan menciptakan cahaya
pada tahun baru, sehingga mereka akan merayakan peristiwa yang “Agung”
ini
Dalam buku Nihâyatul
‘Arob dan al-Muqrizî dalam al-Khuthoth wats Tsâr. Menjelaskan bahwa
kaum Majūsî menyalakan api dan mengagungkannya
dalam perayaan tahun baru ini.
Mereka berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur
baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan khomr
(minuman keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam.
RESOLUSI TAHUN
BARU
Apakah membuat
resolusi tahun baru adalah hal yang percuma dan sia-sia belaka, atau sebenarnya
selama ini cara kita membuat resolusilah yang salah? Mungkin saja yang
terakhirlah yang terjadi, kalau melihat tips-tips berikut dan membandingkannya
dengan bagaimana kebanyakan orang biasanya membuat resolusi.
Bukti
Tertulis. Buat resolusi anda
dalam bentuk daftar poin-per-poin, cetak, lalu tempel di tempat-tempat yang
sering anda lirik (saya, misalnya, akan menempelnya di sebelah monitor laptop
yang saya pantengi berjam-jam setiap harinya). Kalau cuma
diingat-ingat dalam hati, yakinlah dalam dua minggu berikutnya anda sudah
melupakan resolusi itu selama sisa 350 hari berikutnya. :D
Jangan
bikin resolusi banyak-banyak,
maksimal cukup 3 atau 4 saja. Kalau di daftar anda ada lebih dari itu, pilihlah
yang paling penting dan mendesak atau yang paling bernilai dan
berharga bagi hidup anda. Dengan hanya sedikit resolusi, pencapaian anda
bisa lebih fokus dan terarah, kemungkinan berhasilnya pun juga lebih besar.
Buat
resolusi yang spesifik. Kalau
target resolusi anda abstrak atau rancu, pastilah pencapaiannya juga tidak
maksimal karena sulit menentukan titik keberhasilannya., Jangan hanya
berikhtiar untuk ‘bisa fotografi’; wujudkan keinginan itu secara spesifik,
misalnya ‘mengikuti les fotografi tingkat pemula dan dalam 1 tahun sudah
mencapai tingkat mahir’.
Perjelas
resolusi dengan langkah-langkah perilaku konkrit. Kita ambil contoh lain: Keinginan ‘hidup lebih
sehat’ harus dibarengi dengan proses dan strategi menuju ke sana. Buatlah
daftar beberapa tindakan nyata yang bisa mendukung resolusi utama anda,
misalnya ‘menyertakan sayur dan buah setiap makan’ atau ‘jogging
keliling kompleks rumah tiap jam 5 pagi.’
Target
perantara setiap beberapa bulan.
Ini fungsinya adalah untuk mengontrol agar kemajuan resolusi anda stabil dan
tidak dikebut menjelang akhir tahun (yang pada akhirnya hanya akan membuat anda
semakin malas untuk mulai melakukannya). Untuk resolusi ‘berat badan berkurang
5 kilogram dalam setahun’, target perantaranya bisa berbentuk ‘pergi ke dokter
gizi bulan ini’ atau ‘berat badan berkurang setengah kilogram tiap dua bulan.’
Resolusi
dan perilaku yang realistis untuk dilakukan. Meski mungkin anda yakin bisa jogging
keliling kompleks rumah tiap jam 5 pagi, coba pikir lagi: realistiskah itu?
Semakin sering anda gagal melakukannya, akan semakin malas anda mencapai
resolusi yang sudah anda tetapkan. Mungkin ada bisa menurunkan frekuensinya
menjadi jogging tiap Sabtu-Minggu saja, sementara di hari biasa anda
berolahraga di pekarangan atau dalam rumah.
Catat
keberhasilan. Setiap kali anda
berhasil melakukan satu perilaku tertentu, catat prestasi itu secara mencolok,
misalnya dengan tanda centang hijau besar di sebuah buku khusus atau memasukkan
duit seribu di celengan khusus. Ketika nantinya anda sedang merasa malas atau
tak termotivasi, anda bisa melihat kembali catatan itu dan teringatkan kalau
anda pernah (dan bahkan sering!) berhasil melakukannya.
Beri
hadiah bagi diri sendiri, entah
ketika memenuhi target perantara atau resolusi utama. Tentukan hadiah seperti
apa yang anda inginkan sejak awal merancang resolusi, sehingga hadiah ini bisa
menjadi salah satu motivasi tetap sepanjang tahun untuk terus berusaha mencapai
resolusi anda.
Ciptakan
lingkungan yang mendukung pencapaian resolusi anda. Kalau anda berniat untuk berolahraga pagi-pagi
sekali, pasang alarm siapkan sepatu dan baju olahraga di samping ranjang
sebelum anda tidur. Sebaliknya, hindari pula lingkungan atau situasi yang bisa
menghambat pencapaian resolusi anda, misalnya pergi ke mal-mal tingkat atas ketika
anda sedang ingin berhemat.
Anda akan
gagal minimal sekali, tapi jangan menyerah. Banyak orang yang tidak pernah berhasil
menyelesaikan resolusinya karena mereka langsung menyerah setelah dua-tiga kali
khilaf, sesuatu yang disebut sebagai ‘what-the-hell effect‘. Kalau
sejak awal anda realistis dengan kesilapan yang mungkin terjadi kemudian, anda
akan lebih cepat kembali fokus ke pencapaian target ketimbang berlama-lama
menyesali diri. Dan patut disadari pula: kebiasaan buruk yang ingin anda
hilangkan lewat resolusi tidak akan pernah 100 persen musnah.
Cari
pengawas resolusi anda. Bisa
teman, pacar, suami/istri, anak, saudara, orangtua, atau rekan sekerja;
pokoknya orang-orang yang sehari-hari sering bersama dengan anda. Beritahu
mereka mengenai resolusi anda, dan minta bantuan mereka untuk mengingatkan anda
kalau sedang khilaf atau memuji anda jika telah mencapai target tertentu. Lebih
baik lagi kalau kalian punya resolusi yang serupa sehingga bisa melakukan
resolusi itu secara bersama-sama. Tapi jangan sampai mereka malah jadi ‘setan’
yang menggoda anda lho ya? ^^;
Alternatifnya, buat
resolusi anda menjadi sesuatu yang publik. Misalnya mempublikasikan
resolusi anda di Friendster/Facebook, blog, atau situs pribadi. Ketika semua
orang tahu resolusi anda, ‘tekanan sosial’ yang tak nampak itu tentunya akan
membuat anda gengsi jika gagal mencapainya akhir tahun nanti.
Terakhir, hati-hatilah
akan efek samping dari resolusi. Menurut John O’Neill, kepala sebuah
klinik kecanduan di Houston, AS, banyak kebiasaan buruk yang ingin kita
hilangkan dalam resolusi adalah sebuah cara mengatasi stres, misalnya merokok,
minum-minum, atau makan banyak. Kalau anda ingin menghilangkan kebiasaan buruk
itu, sebaiknya pikirkan juga cara lain untuk menanggulangi stres anda ketika ia
datang.
Semoga tips-tips
di atas berguna bagi pencapaian resolusi tahun baru anda atau penentuan target
anda yang lain :D :D
Sumber:
Andreas (https://popsy.wordpress.com)
RESOLUSI KEPALA CABANG - KEPALA UNIT
”Perbanyaklah teman atau saudara, agar supaya kita bisa berbuat banyak
untuk mereka serta saling bisa mendoakan di antara kita” (Budi Wusonoadi)
“Jadi lebih sehat dan lebih langsing” (Fathoni Irawan)
“Mensyukuri hari ini dan
ikhlaskan apa yang telah berlalu” (Sugiyanti)
“Tahun 2016 lebih baik
dari tahun 2015” (Tutus Novita Dewi)
“Menurunkan berat badan, dan menemukan
partner hidup tentu saja” (Anni Fitriana)
“Tahun depan bisa lebih gemuk dan
sehat” (David Sulaksmono)
“Melanjutkan
resolusi 2015 yang belum tercapai, yang dibuat tahun 2014, direncanakan 2013
dan dicita-citakan sejak 2012” (Sofyan)
DUTA SENYUM, SAPA, SALAM TERPILIH
good idea, keep involves and straight the purposes
BalasHapus