Rabu, 28 September 2016

BPJS Board September 2016 : Integritas






Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, tiada kata yang patut kita ucapkan kecuali rasa syukur kita ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmatNya kepada semua makhluk di jagad raya ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga dan para sahabat.

Edisi mading BPJS Board bulan Agustus kali ini yang mengangkat tema Integritas-Komitmen Bersih Pelanggaran. Terdapat 4 rubrik dalam BPJS Board yaitu Rubrik Berita, Rubrik Program Kerja, Rubrik Artikel dan Rubrik Prestasi. Rubrik Berita akan mengangkat tentang pelanggaran terhadap kode etik dan B-News, Rubrik Program Kerja mengangkat tentang strategi dalam menghadapi 4 bulan kedepan, Rubrik Artikel mengangkat artikel komitmen bersih pelanggaran dan serita insirasi, serta Rubrik Prestasi mengangkat tentang Pendidikan Manajer Pratama. BPJS Board kali ini di harap kan dapat memotivasi rekan Duta BPJS Kesehtaan untuk dapat bekerja dengan penuh integritas dan tanpa adanya pelanggaran terhadap kode etik. Kritik dan saran dapat disampaikan langsung kepada Tim Redaksi BPJS Board KC Kediri.

Akhir kata, semoga BPJS Board kali ini bermanfaat, dan selamat membaca.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


  




Integritas dari Secangkir Teh

Ini adalah wawancara kerja ke-sekian kalinya yang telah dilalui oleh Riska. Tapi wawancara kali ini lebih berkesan. Bukan hanya karena Sang Direktur BUMN itu sendiri yang mewawancarai, tapi juga karena apa yang disampaikannya seperti mengingatkan Riska pada barang kesayangan yang dulu pernah hilang dan belum ditemukan kembali.

Sang Direktur itulah yang menemukannya. Orang yang tak diduga-duga, telah mengembalikan ‘barang kesayangan’ miliknya yang hilang.

“Jadi, setelah kamu merenung sekian lama, tahukah kamu apa itu integritas?”

Mungkinkah integritas yang dimaksud Bapak ini sama dengan integral yang kupelajari saat kuliah dulu?  Tanyanya sendiri dalam hati.

Riska menggeleng. Sang Direktur menghela nafas berat.

“Oke, sekarang saya mau tanya, bagaimana suasana keagamaan di rumahmu? Sangat agamis? Biasa saja? Atau malah antipati?”

Ah, ini BUMN berbasis syariah. Maka beginilah pertanyaannya.

“Sangat agamis,” jawab Riska pendek. Ia mengelap keringat di atas bibirnya dengan tisu yang ia lipat rapi menjadi bujur sangkar kecil.

“Kalau begitu, ceritakan! Ceritakan apa yang dilakukan ayahmu dari ia bangun pagi sampai ia tidur! Saya ingin tahu, seberapa agamisnya?”

Riska menyandarkan punggungnya pada kursi, berusaha rileks. Ia pejamkan matanya sesaat, dan cerita mengalir dari bibirnya.

Ayah, sepanjang ingatan Riska, selalu bangun sebelum Subuh. Mengawali hari dengan sholat qiyamullail. Selepas solat, Ayah akan menjerang air di ketel. Sambil menunggu air itu mendidih, Ayah akan membuka Al-Qur’an, membacanya dengan suara membahana yang terdengar seisi rumah. Kadang, Riska terbangun karena suara Ayah mengaji.

Setelah air mendidih, Ayah menyeduh kopi untuk dirinya, dan teh-teh untuk seluruh anggota keluarga. Jika ada roti—dan memang hampir setiap hari ada roti—Ayah akan mengolesi roti dengan mentega atau selai. Lalu Ayah hidangkan di piring. Beres dengan itu semua, Ayah akan bangunkan, pertama-tama, dua adik laki-laki Riska untuk bersiap sholat Subuh di masjid dekat rumah.

Selalu begitu setiap hari. Tak ada hari libur di mana Ayah tidak melakukan semua ritual itu.

“Kenapa Ayahmu membuatkan teh untuk anak-anaknya?”

“Ayah sengaja membuatkan kami teh, supaya ada sesuatu yang bisa kami nikmati begitu kami membuka mata. Juga, supaya adik-adik saya yang laki-laki mau bangun pagi dan sholat di masjid. Mereka suka sekali teh.”

“Selalu begitu setiap hari?” tanya Sang Direktur.

“Ya, itu rutinitasnya,” jawab Riska.

Sang Direktur tersenyum samar sebelum akhirnya ia berucap: “itulah integritas.”

“Oh ya?” Riska membulatkan matanya. Sesederhana itukah integritas?

“Ya,” Sang Direktur menjawab tegas. “Ayahmu ingin setiap anak laki-lakinya sholat subuh di masjid. Dan ia tidak sekedar memerintah dengan ucapan, tapi ia memberikan contoh, memfasilitasi, dengan ngotot, terus-menerus, tidak peduli bahwa sebetulnya, ia mungkin bosan harus membuatkan teh untuk kalian semua, agar sekadar kalian mau bangun pagi…”

“Tidak banyak kalimat perintah yang mungkin ia katakan. Hanya contoh nyata, bahwa perkataan dan perbuatan seiring sejalan.” Urai Sang Direktur. “Dan kau tahu?” tanyanya kemudian, “Itulah yang bedakan antara Ayahmu, dan koruptor!” Sang Direktur memberi tekanan pada kata terakhir.

Tiba-tiba saja, hati Riska meleleh. Sebesar itukah makna secangkir teh di pagi hari, yang selalu ia teguk begitu keluar kamar tidur, saat matanya bahkan belum benar-benar terbuka?
“Riska, koruptor mungkin lebih fasih mengumandangkan kalam Ilahi daripada ayahmu. Ilmu agamanya bisa jadi lebih luas dari yang dimiliki Ayahmu. Tapi, apa yang mereka katakan, ilmu yang mereka peroleh, tidak mereka jadikan sebagai prinsip hidup. Tidak mereka laksanakan pula berupa wujud nyata. Mereka merasa cukup dengan bicara, bicara, bicara…”
“Para koruptor, mereka seorang Ayah juga, mungkin hanya teriak-teriak membangunkan anak-anaknya di pagi hari. Kemudian di meja makan, menasehati: “Nak, kamu harus rajin sholat ya! Kamu harus rajin dateng TPA ya! Kalau nggak, mau jadi apa kamu nanti?” padahal, si Ayah itu, terlihat sholat di rumahnya pun jarang!”
Air mata Riska mulai tampak nyata.
“Kenapa kamu menangis?” tanya Sang Direktur.
“Karena—karena saya baru sadar, bahwa apa yang dilakukan Ayah selama ini, sangat berarti. Selama ini, saya hanya melihatnya sebagai sebuah rutinitas…”
Dan saya seperti menemukan barang kesayangan yang telah lama hilang… lanjut Riska dalam hati.
Terbayang wajah Ayah. Terbayang apa yang ia lakukan tiap pagi. Dan, teringat, bahwa belum sekalipun Riska berterimakasih pada Ayah untuk itu…
Ah, integritas seorang Ayah…
Ternyata, untuk menemukan makna atas apa yang Ayah lakukan setiap pagi, ia harus mencarinya sejauh ini; enam tahap tes tertulis yang semuanya dilakukan di Jakarta—puluhan kilometer dari rumahnya, dan bertemu Pak Direktur yang telah mewawancarainya sejam lebih! Terimakasih! Alhamdulillah!

Penulis: Aida Hanifa
https://blogprita.wordpress.com/2013/03/12/integritas-dari-secangkir-teh/
 




SEPTEMBER BIRTHDAY LIST




1.   Lisa Septiana (05-September)

Kepala Layanan Operasional Kab. Nganjuk



2.   Pangestu Astriningtias (18-September)

Verifikator Unit Manajemen Pelayanan Rujukan



3.   Sofyan Setyo Iswahyudi (26-September)

Kepala Unit Penagihan dan Keuangan




KADER JKN-KIS

Kader JKN-KIS merupakan orang yang memiliki kapasitas sesuai dengan kriteria dan direkrut oleh BPJS Kesehatan untuk melakukan fungsi tertentu yaitu:
a. Fungsi sosialisasi, pemasaran sosial
Sosialisasi yang dilakukan oleh Kader JKN-KIS melalui kegiatan berinteraksi dengan lingkungan/peserta atau calon peserta untuk mengembangkan pemahaman dan pengetahuan tentang program Jaminan Kesehatan Nasional. Pemahaman dan pengetahuan yang dimaksud adalah:
1) Konsep JKN
2) Aktivitas terkait JKN
a) Proses pendaftaran
b) Mekanisme pembayaran iuran
c) Proses penggunaan dan pemanfaatan
b. Perekrutan peserta
1) Penjelasan dan edukasi proses pendaftaran calon Peserta,
2) Membantu calon Peserta mengisi form pendaftaran Peserta,
3) Validasi form isian pendaftaran Peserta, melaporkan nama-nama calon peserta yang    mendaftar menjadi peserta ke Kantor BPJS Kesehatan terdekat
4) Memberikan informasi mengenai:
a) Mutasi kepesertaan, tambah kurang anggota keluarga.
b) Pemindahan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama terdaftar.
c. Fungsi pengingat dan pengumpulan iuran
1) Kader JKN-KIS mengingatkan kepada peserta untuk rutin membayar iuran pada periode tertentu (sebelum tanggal 10 atau setelah tanggal 25 setiap bulannya).
2) Kader JKN-KIS mengingatkan peserta yang menunggak untuk melunasi tagihan iuran di kanal pembayaran resmi terdekat atau melalui kader JKN-KIS.

Pentingnya hubungan dan koordinasi antara BPJS Kesehatan, Kader JKN-KIS dan stakeholder terkait bertujuan untuk :
1.  Hubungan dan koordinasi Kantor Pusat, Kantor Divisi Regional dan Kantor Cabang
Terlaksananya kegiatan dan tahapan implementasi Kader JKN-KIS dengan baik.
2.  Hubungan dan koordinasi Kantor Cabang dengan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah dan Stakeholder terkait mengetahui, memahami dan mendukung program Kader JKN-KIS.
3. Hubungan dan koordinasi Kantor Cabang dengan Kader JKN-KIS
Kader mengetahui, memahami dan mampu menjelaskan program JKN dan BPJS Kesehatan kepada masyarakat di desa.
4. Hubungan dan koordinasi Kader JKN-KIS dan Stakeholders terkait (Aparat desa,  TOGA/TOMA, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Desa)
Stakeholders desa terkait mengetahui, memahami dan mendukung program Kader JKN-KIS


Posted on by www.hasanudin-corner.blogspot.com | No comments